Kasih makan yook !!

Pages

Senin, 17 September 2012

Wanita, Antara Kodrat dan Adat

Kodrat dan adat masih sering terjadi “kres” antar keduanya. Apa sih kodrat? Apa itu adat? Menurut kamus bahasa Indonesia, kodrat merupakan kekuasaan (Tuhan), manusia tidak akan mampu menentang atas dirinya sebagai makhluk hidup. Sedangkan adat ialah aturan (perbuatan, dsb) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala. Bahkan jika dilihat dari pengertiannya, keduanya sangat berbeda.
Sejenak kita lupakan bahasan pengertian kodrat dan adat. Beberapa bulan lalu saya sempat mengikuti pelatihan WE (Woman Empowerment) yang diadakan oleh salah satu LSM di Surabaya, YAKITA. Selama 2 hari saya dan beberapa teman saya mengikuti pelatihan itu. Selama pelatihan berlangsung, saya dapat teman baru dan tentunya cerita yang begitu “touching”. Ada yang mantan PSK, korban traficking, korban KDRT, mantan pecandu, mucikari, dan juga orang dengan 3 huruf positif. Ini lah pengalaman pertama saya, hidup selama 2 hari setempat tinggal dengan ODHA, makan bareng ODHA. Meskipun saya tahu bagaimana cara penularan HIV, diawal saya merasa was-was.  Ada luka nggak di tangan? Ini lah, itulah. Namun, selang beberapa jam kemudian akhirnya saya bisa melupakan rasa was-was saya itu. sejenak saya berpikir, yang sudah tahu tentang cara penularan HIV saja masih ragu saat bersama ODHA, apalagi yang nggak tahu sama sekali??? Bisa dibayangkan.
Ketika pelatihan, saya mendengar cerita kehidupan mereka di masa lalu. Menyentuh, dan tentunya banyak pelajaran hidup yang dapat saya ambil. Mereka hanya sekelumit yang terkungkung ketidakberdayaan, diperdaya. Lalu, mencoba melawan arus yang membuat mereka terjerumus dalam lembah hitam yang menyakitkan.
Wanita. Dia lemah tapi kuat.
Beberapa materi diberikan untuk tambahan bekal bagi peserta. Sharing pengalaman, diskusi, hingga kami semua seperti mendapat semangat dan kekuatan baru untuk melangkah menuju masa depan. Materi yang didapat salah satunya adalah tentang kodrat wanita. Masih banyak yang memiliki anggapan bahwa wanita itu kodratnya di dapur, di kasur, dan di sumur. Nggak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh besok bakalan tetap di dapur. Itu salah satu contoh yang masih sering saya dengar. Juga ada yang bilang, kalau mengurus anak itu pekerjaan istri, suami cuma berkewajiban cari duit. Bukannya dulu buatnya sama-sama? Wanita sudah ngalah hamil 9 bulan, masa gantian merawat anak si istri juga? Ada sebagian wanita yang menolak, tapi sebagian besar menerima dengan hati terbuka. Apa penyebabnya?
Masih kaburnya antara mana yang kodrat, mana yang adat, menjadi salah satu penyebabnya. Kabur atau dikaburkan atau  karena ketidaktahuan atau pemahaman yang kurang benar di masyarakat. Sejak dulu, mungkin jaman nenek moyang kita, yang kemudian bertahan sampai sekarang adalah asumsi bahwa wanita itu kewajibannya hanya di dapur, di sumur, tak lupa di kasur. Itu mengakar kuat di masyarakat. hampir tidak mungkin untuk meluruskan asumsi itu.
Memasak, pekerjaan wanita atau pria? Apakah itu kodratnya wanita? Banyak sekarang pria yang pandai memasak bukan? Merawat anak, apakah itu kodrat wanita? Wanita memang mahir merawat anak, apakah karena kodrat? Wanita terbiasa dengan pekerjaan merawat anak ketimbang pria. Bukankah artinya pria juga bisa mahir merawa anak kalau dia terbiasa?
Adat seakan-akan menjelma menjadi kodrat.
Kodrat wanita berhubungan dengan apa yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Ada 4 kodrat wanita, ialah menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui.
Wanita diperkenankan melakukan aktivitas seperti halnya seorang laki-laki, asalkan tidak mengurangi hakikat dari kodratnya. Wanita boleh bekerja, asalkan dia tidak lupa akan kodratnya untuk menyusui anaknya, misalnya. Selama wanita masih bisa menjaga dan menjalankan kodratnya, adakah yang salah?
Sisi lain, sekarang mulai bermunculan apa yang sering kita sebut “wanita karir”. Pergi pagi, pulang malam. Kurang peduli terhadap anak dan keluarganya. Kalau kita kembali berbicara masalah kodrat, apakah itu menyalahi kodrat?
Wanita boleh menuntut untuk diperlakukan sama dengan lelaki, boleh melakukan apa-apa yang dilakukan oleh lelaki. Namun, sebagai wanita harus mempertimbangkan kodrat yang melekat pada dirinya, bukan?
Pelajaran berharga itulah yang saya ambil. Wanita harus berdaya, tidak hanya untuk diperdayai. Semoga mereka yang bernasib sama seperti teman-teman baru saya, tetap diberi semangat untuk menjalani masa depannya. Salam.. :-)
“Hai, kau wanita! Teriakkan kemauan hatimu sekencang mungkin. Agar mereka yang belum mendengar suara hatimu, mendengarnya”.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More